Selasa, 22 November 2011

"Alangkah Lucunya (Negeri Ini)"




Judul Film        : Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Sutradara         : Deddy Mizwar
Pemain             : Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Raharjo, Jaja Miharja, Ratu Tika, Asrul Dahlan, Tio Pakusadewo.
Durasi              : 115 Menit



Satu lagi film Indonesia yg berkualitas muncul pada tahun ini.April tahun 2010, sebuah film yang mengangkat kondisi nyata anak Indonesia sehari-hari. Menjadi suatu film yang berkualitas.

Film ini dimulai dengan menggambarkan seorang anak muda, lulusan S1 Managemen yang bernama Muluk. Sebagai seorang yang baru saja lulus kuliah, tentu saja Muluk berupaya mencari pekerjaan. Dengan bekal ijazah yang dimiliki serta surat kabar yang memuat berbagai lowongan kerja, Muluk keluar masuk berbagai perusahaan untuk melamar. Namun, semua lamaran tersebut tidak membuahkan hasil. Juga pada saat melamar di perusahaan lain dan ditawarkan untuk menjadi TKI, sebuah bayangan hukum cambuk TKI di Malaysia segera menghinggapi pikiran Muluk yang langsung ditolak mentah-mentah.

Muluk, yang terus berkeliling mencari kerja akhirnya melihat sekelompok anak yang melakukan aksi copet di sebuah pasar. Dengan geram Muluk meringkus anak tersebut dan mengancam melaporkannya kepada polisi. Sebuah pernyataan keluar dari Muluk saat itu, yaitu “Mengapa mencopet, kalau butuh khan tinggal minta” yang dijawab dengan ringan oleh pencopet bernama Komet dengan “saya pencopet, bukan peminta-minta.”

Jawaban yang mengagetkan ini menyebabkan Muluk tak dapat berkata-kata dan melepaskan Komet, dan inilah yang menjadi awal pertemuan dan perkenalan mereka.

Beberapa waktu kemudian, di sebuah warung, terjadi pertemuan yang tidak disengaja antara Muluk dan Komet. Komet akhirnya membawa Muluk ke markasnya dan memperkenalkan dengan Jarot yang menjadi pemimpin para pencopet.

Perkenalan Muluk dan Jarot menghasilkan kesepakatan bahwa Muluk akan bekerja bersama para pencopet tersebut untuk mempraktekkan ilmu manajemen yang dimiliki dengan mengelola keuangan mereka. Ini ditawarkan oleh Muluk dengan imbalan 10% dari hasil copet mereka. Tujuan Muluk adalah agar hasil copet mereka dapat dikelola secara profesional dan akhirnya dapat dijadikan sebagai modal usaha agar tidak perlu menjadi pencopet lagi.

Banyak terjadi dialog yang cukup “segar” pada momen ini dan kita sebagai penonton juga dapat menyaksikan pola dan cara-cara pencopet ini melaksanakan aksinya.

Setelah beberapa lama, Muluk beranggapan bahwa anak-anak ini juga butuh pendidikan, dan untuk mengajar mereka, Muluk meminta bantuan Samsul, seorang Sarjana Pendidikan pengangguran yang sehari-hari hanya bermain kartu saja.

Awal Samsul mengajar menampilkan hal-hal yang menggelikan sekaligus memprihatinkan. Anak-anak pencopet ini sama sekali belum pernah tersentuh pendidikan sebelumnya. Bahkan, karena tidak dapat membaca. Selain itu, Samsul mengalami kesulitan saat menjelaskan mengapa mereka sampai membutuhkan pendidikan.
           
            Sebuah permasalahan terjadi ketika ayah Muluk bertanya tentang pekerjaannya . Dengan terpaksa Muluk berbohong kepada ayahnya bahwa pekerjaannya adalah di bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Akhirnya, permasalahan tiba. Pak Makbul ayah Muluk, Haji Rahmat ayah Pipit, dan Haji Sarbini calon mertua Muluk bersikeras hendak melihat tempat kerja Pipit, Muluk dan Samsul. Mereka amat terkejut sewaktu mengetahui bahwa anak-anak mereka rupanya bekerja untuk para pencopet dan yang lebih menyakitkan hati mereka, bahwa makanan yang selama ini mereka makan berasal dari uang hasil copet
Pertentangan batin yang hebat terjadi di hati mereka yang juga mempengaruhi Muluk, Pipit, dan Samsul. Hal ini menyebabkan ketiganya berhenti mengajar. Disinilah ritme film ini mulai terasa berat dan menyesakkan dada.

Pilihan yang amat berat yaitu mengajar anak-anak pencopet itu agar dapat mandiri dan meninggalkan dunia copet mereka namun memperoleh uang hasil copet yang haram, atau meninggalkan mereka dan tidak berbuat apa-apa.

Berhasilkah mereka mengubah anak-anak pencopet ini ?

Silakan Menyaksikan Film ini . . .

2 komentar: